Get cash from your website. Sign up as affiliate.

Wednesday

VANDALISME MAHASISWA : Potret Kebobrokan Moral Intelektualis Bangsa

Merosotnya moral bangsa secara keseluruhan pada dasawarsa terakhir ini, berdampak pula pada kebobrokan moral mahasiswa yang menamakan dirinya sebagai kaum intelektualis. Mahasiswa yang dalam tataran sosial kemasyarakatan dianggap sebagai figur intelektualis bangsa, di mana akan selalu mengedepankan unsur dialogis dan rasioanalis dalam setiap pemecahan masalah, ternyata tidak mempunyai cukup kemampuan untuk menopang kemerosotan moral bangsa secara keseluruhan.
Fakta empiris tentang realitas tawuran antar mahasiswa, baik dalam lingkup satu kampus maupun dengan kampus lain, telah cukup memberikan bukti ironis atas kebobrokan moralitas dari sebuah komunitas yang menamakan dirinya sebagai intelektualis ini. Mungkin kita masih ingat tawuran antar mahasiswa UKI dengan mahasiswa YAI beberapa bulan yang lalu; Atau tawuran mahasiswa antar fakultas di UNHALU bulan Juni lalu; atau bahkan vandalisme mahasiswa sebagai akibat dari tawuran antar fakultas di Univ. Samratulangi baru-baru ini. Ironis memang, Mahasiswa yang dalam polarisasi pemikiran seharusnya lebih bisa mengedepankan aspek dialogis dan lebih bisa memberikan reaksi kondusif terhadap situasi anarkis. Namun dalam kenyataannya, mahasiswa sendirilah yang menjadi pelaku semua anarkisme tadi. Dalam peristiwa di atas nampak sama sekali tidak ada perbedaan yang menonjol antara mahasiswa dengan preman.
Dalam beberapa kasus nampak dengan jelas bagaimana komunitas mahasiswa tadi dengan sadar secara brutal bertindak selayaknya sekelompok preman yang sedang mengamuk. Kode etik kependidikan dan rasa toleransi dalam kampus tidak lagi menjadi sebuah hal yang harus dikedepankan. Banyak hal yang mendasari terjadinya anarkisme mahasiswa tersebut. Mulai dari bentuk protes atas ketidak-cocokan dengan kebijakan kampus sampai dengan kepada pembelaan harga diri dan arogansi pribadi yang pada proses kelanjutannya akan memunculkan konflik horizontal dalam komunitas akademik tadi. Hal ini akan menjadi sebuah konsekuensi, ketika revitalisasi moral dan pembenahan akal budi tidak dengan segera dilakukan. Yang jadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana hal ini bisa sampe terjadi?
Kalau kita lihat pada kondisi riil saat ini, sepertinya validasi pendidikan moral dan ajaran etika kebersamaan dalam lingkungan akademik, menjadi sebuah sistem yang paling bertanggung jawab atas kemerosotan moral tadi. Hal ini memang tidak bisa kita pungkiri, mengingat sebagian besar orientasi pembelajaran kampus lebih detekankan pada aspek psykomotorik semata. Sementara di sisi lain, aspek-aspek penunjang, seperti aspek moral dan sosial kemasyarakatan, kurang mendapatkan reaksi empiris dari pihak pelaku akademik tadi. Sisi inilah yang perlu adanya totality service, dalam rangka pembentukan ideologis dan kepribadian positif. Hal ini sangat penting, mengingat pluralisme pendidikan merupakan sesuatu yang sangat sulit untuk diimplementasikan dalam bentuk praksis akademis. Meskipun demikian, kita tidak bisa mengatakan hal ini sebagai sebuah ketidak-harusan. Tapi justru malah kita harus bisa menempatkan hal ini tidak saja sebatas pelengkap kurikulum kampus, tetapi juga harus termanifestasi dalam proses kehidupan sehari-hari. Dengan demikian akan tercipta kondisi kampus yang harmonis dan beragam

Tutorial blog dan Kumpulan Artikel lengkap serta gratis

Share/Bookmark

Bagi Anda yang Pengen Belajar Design Grafis, Silahkan Klik Link Ini: Graphickoe.Com. Ayo Atuh di Klik, Biar Tutorialnya Muncul.

silahkan baca juga:



0 comments:


Post a Comment

Untuk Berlangganan Artikel dari Blog Ini, Silahkan Masukkan E-mail Anda Di sini:

Delivered by FeedBurner

Pilih Bulan



Link Enchange


Mau Tukar Link? Copy/Paste Kode HTML Berikut ke Blog Anda


Tutorial blog dan Kumpulan Artikel Lengkap serta gratis

 

Recent Post

Recent Comment

Followers